Jumat, 13 April 2012

ALIRAN FILSAFAT DALAM PENDIDIKAN

BAB I
PENDAHULUAN

1.1              Latar Belakang
Filsafat merupakan sesuatu yang tidak dapat dipisahkan dalam dunia pendidikan bahkan filsafat sendiri sebenarnya sudah di terapkan dalam kehidupan sehari – hari. Misalnya orang itu berpendirian bahwa pribadi mempunyai kebebasan dalam segala hal. Ini menunjukkan bahwa dia berfilsafat liberalisme.Pengalaman manusia ternyata ada batasnya, karena tidak semua yang “ ada “ dan yang “ mungkin ada “ dapat disentuh dengan indera manusia. Sesuatu yang bersifat umum dan absrak sering kali tidak dapat disentuh manusia dengan panca indranya atau tidak dapat dialaminya. Akan tetapi dengan mempergunakan akalnya sesuatu yang umum dan absrak itu diterimanya juga sebagai kebenaran, setelah direnungkan sedalam-dalamnya dan seluas-luasnya. Kebenaran itu ternyata melampaui atau mengatasi pengalaman manusia.Kebenaran seperti itu disebut kebenaran filsafat yang diterima sebagai pengetahuan yang benar walaupun bukti-buktinya tidak diperoleh langsung dari pengalaman. Pengetahuan sebagai kebenaran filsafat tidak membatasi diri pada pengalaman, walaupun tidak berarti mengabaikan atau melepaskan diri atau menolak pengalaman. Pemgalaman diselidiki atau direnungkan juga sebagai pangkal pengetahuan, akan tetapi tidak berhenti pada batas sesuatu yang dapat diterangkan secara kongkrit melalui pengalaman itu saja. Kebenaran pengetahuan yang dikehendaki filsafat adalah hasil pemikiran yang sedalam-dalam dan seluas-luasnya serta mencakup seluruh aspek objeknya sehingga berlaku dan bersifat seumum-umumnya. Dengan kata lain kebenaran pengetahuan yang dicari adalah hasil perenungan atau pemikiran terakhir yang bersifat umum. Perenungan itu mencari kesamaan dari segala sesuatu bagaimanapun banyak ragamnya, baik mengenai sesuatu yang ada dalam arti sungguh-sungguh dapat disentuh dengan panca indra maupun yang mungkin ada sebagai sesuatu yang abstrak dan tak tersentuh oleh indra manusia. Pengetahuan yang mencari keterangan mengenai kebenaran sesuatu atau sebab sedalalm-dalamnya bagi segala sesuatu yang menjadi objeknya, itulah yang disebut filsafat. Bukti kebenarannya adalah hasil pemahaman manusia yang diperoleh melalui perenungan dengan menggunakan kemampuan akalnya. Kebenaran yang diperoleh dari hasil perenungan yang mendalam itu, menempatkan kebenaran filsafat sebagai kebenaran insani atau kodrati. Dengan kata lain hasil perenungan sedalam-dalam dan seluas-luasnya sampai pada hakekat terdalam mengenai sesuatu yang dipikirkan itu, akan diterima sebagai kebenaran sepanjang menurut akal sungguh-sungguh dapat diterima dan dipahami. Kebenaran itu dapat bertolak dari pengalaman manusia dan bukti-buktinya tidak memerlukan sesuatu yang kongkrit.

1.2              Rumusan Masalah
1.         Apa pengertian dari filsafat menurut beberapa ahli ?
2.         Apa pengertian dari pendidikan menurut beberapa pendapat ?
3.         Apa saja aliran filsafat dalam pendidikan ?

1.3              Tujuan
1.         Untuk mengetahui dan memahami pengertian dari filsafat menurut beberapa ahli.
2.         Agar dapat mengetahui apa yang dimaksud dengan pendidikan menurut beberapa pendapat.
3.         Dapat mengerti macam-macam aliran filsafat dalam pendidikan.








BAB II
PEMBAHASAN

2.1       PENGERTIAN  DARI  FILSAFAT         
Secara etimologi, ‘filsafat’ berasal dari bahasa Yunani phile yang berarti cinta  dan Sophia yang berarti kebijaksanaan. Jadi filsafat berarti cinta kebijaksanaan.
Dr.I.R.J Gred dalam buku Elementa Philosophiae merumuskan filsafat sebagai “ ilmu pengetahuan yang timbul dari prinsip-prinsip yang diketahui dengan kekuatan budi kodrati dengan mencari sebab musababnya yang terdalam”.
Pengertian filsafat menurut para ahli adalah sebagai berikut :
Plato ( 428 -348 SM ) : Filsafat tidak lain dari pengetahuan tentang segala yang ada.
Cicero (106 – 43 SM) : filsafat adalah sebagai “ibu dari semua seni “( the mother of all the arts“ ia juga mendefinisikan filsafat sebagai ars vitae (seni kehidupan)
Johann Gotlich Fickte (1762-1814 ) : filsafat sebagai Wissenschaftslehre (ilmu dari ilmu-ilmu , yakni ilmu umum, yang jadi dasar segala ilmu. Ilmu membicarakan sesuatu bidang atau jenis kenyataan. Filsafat memperkatakan seluruh bidang dan seluruh jenis ilmu mencari kebenaran dari seluruh kenyataan.
Paul Nartorp (1854 – 1924 ) : filsafat sebagai Grunwissenschat (ilmu dasar hendak menentukan kesatuan pengetahuan manusia dengan menunjukan dasar akhir yang sama, yang memikul sekaliannya .
Imanuel Kant ( 1724 – 1804 ) : Filsafat adalah ilmu pengetahuan yang menjadi pokok dan pangkal dari segala pengetahuan yang didalamnya tercakup empat persoalan.
  1. Apakah yang dapat kita kerjakan ?(jawabannya metafisika )
  2. Apakah yang seharusnya kita kerjakan (jawabannya Etika )
  3. Sampai dimanakah harapan kita ?(jawabannya Agama )
  4. Apakah yang dinamakan manusia ? (jawabannya Antropologi )
Harold H. Titus (1979 ): (1) Filsafat adalah sekumpulan sikap dan kepecayaan terhadap kehidupan dan alam yang biasanya diterima secara tidak kritis. Filsafat adalah suatu proses kritik atau pemikiran terhadap kepercayaan dan sikap yang dijunjung tinggi; (2) Filsafat adalah suatu usaha untuk memperoleh suatu pandangan keseluruhan; (3) Filsafat adalah analisis logis dari bahasa dan penjelasan tentang arti kata dan pengertian ( konsep ); Filsafat adalah kumpulan masalah yang mendapat perhatian manusia dan yang dicirikan jawabannya oleh para ahli filsafat.
Hasbullah Bakry: Ilmu Filsafat adalah ilmu yang menyelidiki segala sesuatu dengan mendalam mengenai Ke-Tuhanan, alam semesta dan manusia sehingga dapat menghasilkan pengetahuan tentang bagaimana sikap manusia itu sebenarnya setelah mencapai pengetahuan itu.
Prof. Mr.Mumahamd Yamin: Filsafat ialah pemusatan pikiran , sehingga manusia menemui kepribadiannya seraya didalam kepribadiannya itu dialamiya kesungguhan.
Prof.Dr.Ismaun, M.Pd. : Filsafat ialah usaha pemikiran dan renungan manusia dengan akal dan qalbunya secara sungguh-sungguh , yakni secara kritis sistematis, fundamentalis, universal, integral dan radikal untuk mencapai dan menemukan kebenaran yang hakiki (pengetahuan, dan kearifan atau kebenaran yang sejati.
Bertrand Russel: Filsafat adalah sesuatu yang berada di tengah-tengah antara teologi dan sains. Sebagaimana teologi , filsafat berisikan pemikiran-pemikiran mengenai masalah-masalah yang pengetahuan definitif tentangnya, sampai sebegitu jauh, tidak bisa dipastikan;namun, seperti sains, filsafat lebih menarik perhatian akal manusia daripada otoritas tradisi maupun otoritas wahyu.
Dari semua pengertian filsafat secara terminologis di atas, dapat ditegaskan bahwa filsafat adalah ilmu pengetahuan yang menyelidiki dan memikirkan segala sesuatunya secara mendalam dan sungguh-sungguh, serta radikal sehingga mencapai hakikat segala situasi tersebut.
2.2       PENGERTIAN  DARI  PENDIDIKAN
                        Beberapa pengertian pendidikan menurut para ahli adalah sebagai berikut :
1.      Ki Hajar Dewantara Tahun 1889-1965 hal 3
Pendidikan adalah daya upaya untuk memajukan perkembangan budi pekerti (kekutan batin), pikiran (intelek) dan jasmani anak-anak
2.      D. Marimba Tahun 1981 hal 3
Pendidikan adalah bimbingan atau pimpinan secara sadar oleh si pedidik terhadap perkembangan jasmani dan rohani si terdidik menuju terbentuknya kepribadian yang utama.
3.      S. Brodjonegoro Tahun 1981 hal 2
Pendidikan adalah tuntunan kepada manusia yang belum dewasa untuk menyiapkan agar dapat memenuhi sendiri tugas hidupnya atau dengan cara singkat pendidikan adalah tuntunan kepada pertumbuhan manusia mulai lahir sampai tercapainya kedewasaan dalam arti jasmaniah dan rohaniah.
4.      John Dewey
Pendidikan adalah proses pembentukan kecakapan-kecakapan fundamental secara intelektual, emosional ke arah alam dan sesama manusia
5.      M. J. Longeveled
Pendidikan adalah usaha, pengaruh, perlindungan dan bantuan yang diberikan kepada anak agar tertuju kepada kedewasaannya atau lebih tepatnya membantu anak agar cukup cakap melaksanakan tugas hidupnya sendiri.
6.      Wikipedia
Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia serta ketrampilan yang diperlukan dirinya dan masyarakat.
7.      Kamus Bahasa Indonesia 1991:232
Pendidikan berasal dari kata didik lalu kata ini mendapay awalan kata “me” sehingga menjadi mendidik artinya memelihara dan memberi latihan
8.      UU No 20 Tahun 2003 Tentang Sistem Pendidikan Nasional
Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana  belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia serta ketrampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara.

2.3       ALIRAN FILSAFAT DALAM PENDIDIKAN
Menurut Edward J Power ada beberapa aliran filsafat pendidikan yang berpengaruh dalam pengembangan pendidikan diantaranya :
         1.         Idealisme
Idealisme berpandangan bahwa pengetahuan sebenarnya sudah berada dalam jiwa (mind) kita, tetapi membutuhkan usaha untuk dibawa pada tingkat kesadaran kita melalui suatu proses yang disebut Introspeksi. Jadi mengetahui adalah berpikir kembali tentang ide-ide terpendam yang ada di dalam jiwa kita.
Idealisme mempunyai pendirian bahwa kenyataan itu terdiri dari atau tersusun atas substansi sebagaimana gagasan-gagasan (ide-ide) atau spirit. Alam fisik ini tergantung dari jiwa universal atau Tuhan, yang berarti pula bahwa alam adalah ekspresi dari jiwa tersebut.
Jiwa mempunyai tempat utama dalam susunan alam semesta ini dan karenanya dunia yang sebenarnya adalah berbeda dengan apa yang nampak oleh indra dihadapan manusia. Lain daripada itu dunia beserta bagian-bagiannya harus dipandang sebagai mempunyai hubugan satu sama lain, sehingga keseluruhannya merupakan suatu sistem. Dunia adalah suatu totalitas, suatu kesatuan yang logis dan bersifat spiritual.
Penganut aliran ini berpandangan bahwa tujuan pendidikan formal ataupun non formal pertama-tama adalah membentuk karakter manusia. Barulah setelah itu pengembangan kecerdasan dan pembentukan peserta didik sebagai makhluk sosial. Peserta didik menurut aliran ini bebas mengembangkan kepribadian dan kemampuan serta bakatnya. Dengan bantuan alam sekitar anak melaksanakan proses pengembangan manusia.  Peran guru terutama berusaha untuk membentuk lingkungan pendidikan bagi peserta didik yang kondusif untuk belajar. Adapun kurikulum yang dikembangkan dimaksudkan untuk membentuk kemampuan berpikir rasional. Disamping itu pendidikan praktis perlu diselenggarakan untuk mencukupi kebutuhan hidup peserta didik.
Metode yang digunakan adalah metode Dialektik dan metode-metode lain yang efektif untuk menstimulasi belajar.
Jadi penyelenggaraan pendidikan harus didasarkan pada pandangan dan rambu-rambu di atas.

         2.         Realisme
Realisme adalah filsafat yang timbul pada zaman modern dan sering disebut “anak” dari naturalisme. Dengan berpandangan bahwa objek atau dunia luar itu adalah nyata pada sendirinya, realisme memandang pula bahwa kenyataan itu berbeda dengan jiwa yang mengetahui objek atau dunia luar tersebut. Kenyataan tidak sepenuhnya tergantung dari jiwa yang mengetahui tetapi merupakan hasil pertemuan dunia objeknya.
Orang dapat memiliki pengetahuan yang kurang tepat mengenai benda atau sesuatu hal yang sesungguhnya tetapi sebaliknya dapat memiliki gambaran yang tepat mengenai apa yang nampak. Maka dari itu pengamatan, penelitian, dan penarikan kesimpulan mengenai hasil-hasilnya perlu agar dapat diperoleh gambaran yang tepat secara langsung atau tidak langsung mengenai sesuatu.
Tokoh realisme adalah Aristoteles (384-332SM). Pada dasarnya aliran ini berpandangan bahwa hakekat realitas adalah fisik dan ruh. Jadi realita bersifat dualistis. Ada 3 golongan dalam realisme, yaitu :
a)      Realisme Humanistis menghendaki pemberian pengetahuan yang luas, ketajaman pengalaman, berfikir, dan melatih ingatan.
b)      Realisme Sosial berusaha mempersiapkan individu untuk hidup bermasyarakat.
c)      Realisme yang bersifat ilmiah atau realisme ilmu pengetahuan menekankan pada penyelidikan tentang alam. Francise Bacon (1561-1626), seorang tokoh realisme ilmu, berpandangan bahwa alam harus dikuasai oleh manusia. Pandangannya tentang manusia ditentukan oleh kemampuan menggunakan pikirannya.
Pendidikan yang didasari oleh realisme bertujuan agar peserta didik menjadi manusia bijaksana secara intelektual yang dapat memiliki hubungan serasi dengan lingkungan fisik ataupun sosial.
Implikasi pendidikan realisme adalah sebagai berikut :
Tujuan pendidikannya membentuk individu yang dapat menyesuaiakan diri dalam masyarakat dan memiliki tanggung jawab kepada masyarakat.
Kedudukan peserta didik ialah sebagai penerima instruksi dan harus menguasai pengetahuan. Disiplin mental dan moral diperlukan dalam setiap jenjang pendidikan.
Peran guru adalah menguasai materi, memiliki ketrampilan dalam pedagogik  untuk mencapai tujuan pendidikan.
Kurikulum yang dikembangkan bersifat komprehensif yaitu memuat semua pengetahuan yang penting. Kurikulum realisme menghasilkan pengetahuan yang luas dan praktis.
Metode yang dilaksanakan didasari oleh keyakinan bahwa semua pembelajaran bergantung pada pengalaman. Oleh karena itu pengalaman langsung dan bervariasi perlu dilasanakan oleh peserta didik. Metode penyampaian harus logis dan didukung oleh pengetahuan psikologi.

         3.         Pragmatisme
Pragmatisme meletakkan pemakaian mengenai sesuatu diatas pengetahuan itu sendiri. Maka dari itu utilitas (kegunaan) beserta kemampuan perwujudan nyata adalah hal-hal yang mempunyai kedudukan utama disekitar pengetahuan mengenai sesuatu itu.
Pragmatisme, karenanya memandang realita sebagai suatu proses dalam waktu, yang berarti orang yang mengetahui mempunyai peranan untuk menciptakan atau mengembangkan hal-hal yang diketahui. Ini berarti bahwa tindakan yang dilakukan oleh orang yang memiliki pengetahuan tersebut dapat menjadi unsur penentu mengembangkan pengetahuan itu pula.
Aliran ini dapat dipandang sebagai kreasi filsafat yang berasal dari Amerika. Pragmatisme dipengaruhi oleh pandangan empirisme, utilitariarisme dan positivisme.
Para ahli yang mendukung timbulnya pragmatisme di Amerika, misalnya Charles Sanders Piere (1839-1914) yang mengembangkan kriteria pragmatisme tidak menemukan kebenaran tetapi menemukan arti atau  kegunaan.
William James (1842-1910) menyatakan bahwa pengetahuan yang bermanfaat adalah yang didasari oleh eksperimen (instrumentalisme).
John  Dewey (1859-1952) yang mengarahkan pragmatisme sebagai filssafat sistematik Amerika dengan menyebarluaskan filsafat pada masyarakat Amerika yang terdidik. Menurut Dewey, misi filsafat adalah kritis, konstruktif dan rekonstruktif.
Adapun indikasi pragmatisme dalam pendidikan adalah sebagai berikut :
Tujuan pendidikannya menggunakan pengalaman alat menyelesaikan hal baru dalam kehidupan priibadi atau kehidupan bermasyarakat. Kurikulum dirancang dengan menggunakan pengalaman yang telah diuji tetapi dapat diubah kalau diperlukan. Adapun minat dan kebutuhan peserta didik diperhitungkan dalam penyusunan kurikulum. Metode yang digunakan adalah learning by doing. Fungsi guru adalah mengarahkan pengalaman belajar peserta didik tanpa terlalu mencampuri minat dan kebutuhannya.

         4.         Humanisme
Karakteristik pendidikan humanisme dipengaruhi oleh pandangan Abraham Maslow, Carl Rogers, Jean Piaget dan Jerome Bruner. Pendidikan humanisme menekankan pada kebutuhan anak atau child centered. Kehidupan sekolah terus menerus diperbaiki, disesuaikan dengan motif atau  minat peserta didik.
            Pendidikan humanisme berpedoman pada hal-hal sebagai berikut :
            Konsepsi tujuan pendidikannya menekankan pada kebebasan untuk belajar. Tujuan pendidikan adallah aktualisasi diri, perkembangan efektif dan pembentukan moral. Pada dasarnya tujuan pendidikannya adalah untuk membentuk kehidupan manusia yang efektif.
            Kurikulum ditekankan pada minat peserta didik dan bukan pada materi subjek yang dirancang secara terurai. Bidang studi yang dipelajari bersifat komprehensif.
            Metode yang digunakan adalah penemuan dengan menekankan pada kreativitas untuk mengembangkan keingin tahuan alami peserta didik.
            Diharapkan, dengan memperoleh pengalaman dalam kebebasan di lingkungan sekolah yaitu dengan mengatur pendidikannya sendiri, peserta didik membelajari dasar-dasar tanggungjawab pribadi ataupun tanggung jawab sosial.
            Peran guru sebagai agen kerjasama yang tanpa menunjukkan kekuasaan dalam pendidikan, dapat menciptakan suasana kondusif dalam belajar.

         5.         Behaviorisme
Behaviorisme sebenarnya merupakan suatu aliran dalam belajar disamping aliran kognitif. Teori belajar yang mempunyai pengaruh yang amat besar terhadap pengajaran merupakan salah satu bagian dari psikologi pendidikan yang merupakan penerapan teori-teori psikologi dalam pendidikan. Menurut kelompok aliran behaviorisme dengan menggunakan indera kita, akan diperoleh pengetahuan tentang realitas fisik yang aturannya mengikuti hukum-hukum alam. Tak seorang pun ahli behaviorisme yang dengan tekun mempelajari hakekat hubungan antara pikologi, fisiologi dan alam atau antara orang yang mengetahui dengan hal-hal yang diketahui. Yang dipentingkan adalah adanya perubahan tingkah laku setelah seseorang memperoleh stimulus dari luar.
Pandangan ahli behaviorisme dalam pendidkan adalah sebagai berikut:
Tujuan pendidikannya mengubah atau memodifikasi tingkah laku. Artinya menyiapkan pribadi-pribadi sesuai dengan kemampuannya untuk memiliki tanggung jawab dalam kehidupan pribadi dan masyarakat.
Kurikulum yang dikembangkan untuk mencapai tujuan berdasarkan tingkah laku yang diterapkan. Yang telah dikenal di Indonesia adalah istilah tujuan instruksional umum dan instruksional khusus.
Metode yang digunakan antara lain dengan menggunakan penguatan dalam belajar, pengajaran berprogram dan kompetensi.
Peserta didik tidak memiliki kebebasan utuh menentukan sendiri apa yang akan di pelajari. Tingkah laku yang diharapkan di tentukan oleh penyelenggara pendidkan. Dalam hal ini pendidikan didesain untuk mempersiapkan peserta didik menghadapi kehidupannya nanti dan mereka harus belajar sesuai dengan apa yang digariskan oleh penyelenggara pendidikan. Guru memiliki otoritas membuat desain dan mengontrol proses pendidikan. Ia bertanggungjawab pada kualitas dan kriteria hasil belajar yang diharapkan.

         6.         Konstruktivisme
Konstruktivisme adalah salah satu filsafat pengetahuan yang menekankan bahwa pengetahuan adalah bentukan (konstruksi) kita sendiri (Von Glaserfeld) . pengetahuan bukan tiruan dari realitas, bukan juga gambaran dari dunia kenyataan yang ada. pengetahuan merupakan hasil dari konstruksi kognitif melalui kegiatan seseorang dengan membuat struktur, kategori, konsep, dan skema yang diperlukan untuk membentuk pengetahuan tersebut.
Peranan konstruktivisme dalam pendidikan dewasa ini, oleh sebagian pendidik dianggap sesuatu yang baru. Apabila kita menggunakan istilah yang dikemukakan oleh J. Piaget, pengetahuan diperoleh melalui proses aktif individu mengkonstruksi arti dari suatu teks, pengalaman fisik, dialog, dan lain-lainnya melalui simulasi pengalaman baru dengan pengertian yang telah dimiliki seseorang.
Tujuan pendidikan konstruktivisme adalah menghasilkan individu yang memiliki kemampuan berpikir untuk menyelesaikan tiap persoalan yang dihadapi.
Kurikulum dirancang sedemikian rupa sehingga terjadi situasi yang memungkinkan pengetahuan dan ketrampilan dapat dikonstruksi oleh peserta didik. Latihan memecahkan masalah sering kali dilakukan melalui belajar kelompok dengan menganalisis masalah dalam kehidupan sehari-hari.
Peserta didik diharapkan selalu aktif dan dapat menemukan cara belajar yang sesuai bagi dirinya.
Guru berfungsi sebagai mediator, fasilitator, dan teman yang membuat situasi yang kondusif untuk terjadinya konstruksi pengetahuan pada diri peserta didik.
Lebih dua dasa warsa terakhir ini , dunia pendidikan mendapat sumbangan pemikiran dari teori kontruktivisme sehingga banyak negara mengadakan perubahan secara mendasar terhadap sistem dan praktik pendidikan mereka bahkan kurikulum Berbasis Kompetensi (KBK) pun tak luput dari pengaruh teori ini. Paul Suparno dalam "Filsafat Konstuktivitas dalam pendidikan " mencoba mengurai implikasi filsafat konstruktivisme dalam pendidikan.
Jean Piaget adalah Psikolog pertama yang menggunakan filsafat konstruktivisme, sedangkan teori pengetahuanya dikenal dengan teori adaptasi kognitif, sama halnya dengan setiap organisme harus beradaptasi secara fisik dengan dengan lingkungan untuk dapat bertahan hidup , demikian juga struktur pemikiran manusia, manusia bertentangan dengan tantangan , pengalaman, gejala baru, dan persoalan yang harus ditanggapinya secara kognitif (mental). untuk itu manusia harus mengembangkan skema pikiran lebih umum atau rinci, atau perlu perubahan menjawab dan menginterpretasikan pengalaman-pengalaman tersebut. dengan cara itu, pengetahuan seseorang terbentuk dan selalu berkembang. proses tersebut meliputi :

1. Skema adalah : struktur kognitif yang denganya seseorang beradaptasi dan terus mengalami perkembangan mental dalam interaksinya dengan lingkungan.
2. Asimilasi adalah proses kognitif perubahan skema yang tetap mempertahankan konsep awalnya, hanya menambah atau merinsi.
3. Akomodasi adalah proses pembentukan skema atau karena konsep awal sudah tidak cocok lagi.

4. Equilibrasi adalah keseimbangan antara asimilasi dan akomodasi sehingga seseorang dapat menyatukan pengalaman luar dengan struktur dalamnya (skemanya).

Kontruktivisme bisa dijadikan alat refleksi kritis bagi para penyusun kurikulum . pengambil kebijakan, dan pendidik untuk membuat pembaruan sistem dan praktik pendidikan kita sehingga perubahan-perubahan yang ada bukan sekedar di permukaan namun menukik ke Roh pendidikan itu sendiri.
         7.         Naturalisme
Naturalisme adalah aliran yang tertuah sedangkan pragmatisme yang paling muda. Naturalisme mempunyai pandangan bahwa kenyataan yang sebenarnya adalah alam semesta fisik ini. Hal ini berarti bahwa yang dimaksud adalah bukan kenyataan spiritual atau supernatural. Maka, menurut naturalisme jiwa itu dapat menurun kedudukannya menjadi dan mempunyai hakekat sebagai unsur-unsur materi. Maka, naturalisme dapat menjadi materialisme .
Filsafat naturalisme adalah filsafat dunia ini karena memandang segala sesuatu ini berasal dari alam, dan tiada sesuatupun yang ada ini terdapat dibaliknya. Atas dasar prinsip ini naturalisme modern cenderung untuk menjadi pluralisme yaitu suatu faham yang berpendirian bahwa kenyataan itu dapat terdiri dari banyak tipe benda- benda alamiah.
Pandangan yang ada persamaannya dengan nativisme adalah aliran naturalisme (Umar Tirtarahardja, 2000:197).Lahirnya aliran ini dipelopori oleh J.J Rousseau, yang mengamati pendidikan. Ditulis dalam bukunya yang berjudul “Emile” menyatakan bahwa anak yang dilahirkan pada dasarnya dalam keadaan baik. Anak menjadi rusak atau tidak baik karena campur tangan manusia (masyarakat). Aliran ini berpendapat bahwa pendidikan hanya memiliki kewajiban memberi kesempatan kepada anak untuk tumbuh dengan sendirinya. Pendidikan sebaiknya diserahkan kepada alam. Oleh karena itu ciri utama aliran ini adalah bahwa dalam mendidik seorang anak hendaknya dikembalikan kepada alam agar pembawaan yang baik tersebut tidak dirusak oleh pendidik.


BAB III
PENUTUP

3.1              Kesimpulan

Filsafat adalah ilmu pengetahuan yang menyelidiki dan memikirkan segala sesuatunya secara mendalam dan sungguh-sungguh, serta radikal sehingga mencapai hakikat segala situasi tersebut.
Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana  belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia serta ketrampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara
Ada beberapa aliran filsafat dalam pendidikan yaitu Idealisme, realisme, pragmatisme, humanisme, behaviorisme, konstruktivisme, dan naturalisme.

3.2              Saran

Sebagai calon guru SD sudah sepantasnya kita memilih filsafat yang baik untuk kita terapkan dan aplikasikan dalam kehidupan sehari-hari supaya kita menjadi insan yang memahami akan makna kehidupan dunia ini dan supaya bisa menjadi uswatun khasanah (suri tauladan) bagi peserta didik kita.









DAFTAR PUSTAKA


Barnadib, Imam.1990.Filsafat Pendidikan Sistem Dan Metode.Yogyakarta : Andi Offset.
Saifullah, Ali.1977.Antara Filsafat Dan Pendidikan. Surabaya : Usaha Nasional.
Poedjiadi, Anna dan Suwarma.2010.Filsafat Ilmu.Jakarta : Universitas Terbuka
Sadulloh, Uyoh. 2007. Pengantar Filsafat Pendidikan. Bandung : Alfabeta.
Tirtarahardja, Umar dan La Sula. 2000. Pengantar Pendidikan. Jakarta : Depdikbud dan Rineka Cipta.






Tidak ada komentar:

Posting Komentar