BAB I
PENDAHULUAN
1.1
Latar
Belakang
Filsafat merupakan sesuatu yang tidak dapat
dipisahkan dalam dunia pendidikan bahkan filsafat sendiri sebenarnya sudah di
terapkan dalam kehidupan sehari – hari. Misalnya orang itu berpendirian bahwa
pribadi mempunyai kebebasan dalam segala hal. Ini menunjukkan bahwa dia
berfilsafat liberalisme.Pengalaman manusia ternyata ada batasnya, karena tidak
semua yang “ ada “ dan yang “ mungkin ada “ dapat disentuh dengan indera
manusia. Sesuatu yang bersifat umum dan absrak sering kali tidak dapat disentuh
manusia dengan panca indranya atau tidak dapat dialaminya. Akan tetapi dengan
mempergunakan akalnya sesuatu yang umum dan absrak itu diterimanya juga sebagai
kebenaran, setelah direnungkan sedalam-dalamnya dan seluas-luasnya. Kebenaran
itu ternyata melampaui atau mengatasi pengalaman manusia.Kebenaran seperti itu
disebut kebenaran filsafat yang diterima sebagai pengetahuan yang benar
walaupun bukti-buktinya tidak diperoleh langsung dari pengalaman. Pengetahuan
sebagai kebenaran filsafat tidak membatasi diri pada pengalaman, walaupun tidak
berarti mengabaikan atau melepaskan diri atau menolak pengalaman. Pemgalaman
diselidiki atau direnungkan juga sebagai pangkal pengetahuan, akan tetapi tidak
berhenti pada batas sesuatu yang dapat diterangkan secara kongkrit melalui
pengalaman itu saja. Kebenaran pengetahuan yang dikehendaki filsafat adalah
hasil pemikiran yang sedalam-dalam dan seluas-luasnya serta mencakup seluruh
aspek objeknya sehingga berlaku dan bersifat seumum-umumnya. Dengan kata lain
kebenaran pengetahuan yang dicari adalah hasil perenungan atau pemikiran
terakhir yang bersifat umum. Perenungan itu mencari kesamaan dari segala
sesuatu bagaimanapun banyak ragamnya, baik mengenai sesuatu yang ada dalam arti
sungguh-sungguh dapat disentuh dengan panca indra maupun yang mungkin ada
sebagai sesuatu yang abstrak dan tak tersentuh oleh indra manusia. Pengetahuan
yang mencari keterangan mengenai kebenaran sesuatu atau sebab sedalalm-dalamnya
bagi segala sesuatu yang menjadi objeknya, itulah yang disebut filsafat. Bukti
kebenarannya adalah hasil pemahaman manusia yang diperoleh melalui perenungan
dengan menggunakan kemampuan akalnya. Kebenaran yang diperoleh dari hasil
perenungan yang mendalam itu, menempatkan kebenaran filsafat sebagai kebenaran
insani atau kodrati. Dengan kata lain hasil perenungan sedalam-dalam dan
seluas-luasnya sampai pada hakekat terdalam mengenai sesuatu yang dipikirkan
itu, akan diterima sebagai kebenaran sepanjang menurut akal sungguh-sungguh
dapat diterima dan dipahami. Kebenaran itu dapat bertolak dari pengalaman
manusia dan bukti-buktinya tidak memerlukan sesuatu yang kongkrit.
1.2
Rumusan
Masalah
1.
Apa pengertian dari filsafat menurut
beberapa ahli ?
2.
Apa pengertian dari pendidikan menurut
beberapa pendapat ?
3.
Apa saja aliran filsafat dalam
pendidikan ?
1.3
Tujuan
1.
Untuk mengetahui dan memahami pengertian
dari filsafat menurut beberapa ahli.
2.
Agar dapat mengetahui apa yang dimaksud
dengan pendidikan menurut beberapa pendapat.
3.
Dapat mengerti macam-macam aliran filsafat
dalam pendidikan.
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 PENGERTIAN DARI
FILSAFAT
Secara etimologi, ‘filsafat’ berasal dari bahasa Yunani phile yang berarti
cinta dan Sophia yang berarti kebijaksanaan. Jadi filsafat berarti cinta
kebijaksanaan.
Dr.I.R.J Gred dalam buku Elementa Philosophiae merumuskan filsafat
sebagai “ ilmu pengetahuan yang timbul dari prinsip-prinsip yang diketahui
dengan kekuatan budi kodrati dengan mencari sebab musababnya yang terdalam”.
Pengertian filsafat menurut para ahli adalah sebagai berikut :
Plato ( 428 -348 SM ) : Filsafat tidak lain dari pengetahuan tentang segala
yang ada.
Cicero (106
– 43 SM) : filsafat adalah sebagai “ibu dari semua seni “( the mother of all
the arts“ ia juga mendefinisikan filsafat sebagai ars vitae (seni kehidupan)
Johann
Gotlich Fickte (1762-1814 ) : filsafat sebagai Wissenschaftslehre (ilmu dari
ilmu-ilmu , yakni ilmu umum, yang jadi dasar segala ilmu. Ilmu membicarakan
sesuatu bidang atau jenis kenyataan. Filsafat memperkatakan seluruh bidang dan
seluruh jenis ilmu mencari kebenaran dari seluruh kenyataan.
Paul Nartorp
(1854 – 1924 ) : filsafat sebagai Grunwissenschat (ilmu dasar hendak menentukan
kesatuan pengetahuan manusia dengan menunjukan dasar akhir yang sama, yang memikul
sekaliannya .
Imanuel Kant
( 1724 – 1804 ) : Filsafat adalah ilmu pengetahuan yang menjadi pokok dan
pangkal dari segala pengetahuan yang didalamnya tercakup empat persoalan.
- Apakah yang dapat kita kerjakan ?(jawabannya
metafisika )
- Apakah yang seharusnya kita kerjakan (jawabannya
Etika )
- Sampai dimanakah harapan kita ?(jawabannya Agama
)
- Apakah yang dinamakan manusia ? (jawabannya
Antropologi )
Harold H.
Titus (1979 ): (1) Filsafat adalah sekumpulan sikap dan kepecayaan terhadap
kehidupan dan alam yang biasanya diterima secara tidak kritis. Filsafat adalah
suatu proses kritik atau pemikiran terhadap kepercayaan dan sikap yang
dijunjung tinggi; (2) Filsafat adalah suatu usaha untuk memperoleh suatu
pandangan keseluruhan; (3) Filsafat adalah analisis logis dari bahasa dan
penjelasan tentang arti kata dan pengertian ( konsep ); Filsafat adalah
kumpulan masalah yang mendapat perhatian manusia dan yang dicirikan jawabannya
oleh para ahli filsafat.
Hasbullah
Bakry: Ilmu Filsafat adalah ilmu yang menyelidiki segala sesuatu dengan
mendalam mengenai Ke-Tuhanan, alam semesta dan manusia sehingga dapat
menghasilkan pengetahuan tentang bagaimana sikap manusia itu sebenarnya setelah
mencapai pengetahuan itu.
Prof.
Mr.Mumahamd Yamin: Filsafat ialah pemusatan pikiran , sehingga manusia menemui
kepribadiannya seraya didalam kepribadiannya itu dialamiya kesungguhan.
Prof.Dr.Ismaun,
M.Pd. : Filsafat ialah usaha pemikiran dan renungan manusia dengan akal dan
qalbunya secara sungguh-sungguh , yakni secara kritis sistematis,
fundamentalis, universal, integral dan radikal untuk mencapai dan menemukan
kebenaran yang hakiki (pengetahuan, dan kearifan atau kebenaran yang sejati.
Bertrand
Russel: Filsafat adalah sesuatu yang berada di tengah-tengah antara teologi dan
sains. Sebagaimana teologi , filsafat berisikan pemikiran-pemikiran mengenai
masalah-masalah yang pengetahuan definitif tentangnya, sampai sebegitu jauh,
tidak bisa dipastikan;namun, seperti sains, filsafat lebih menarik perhatian
akal manusia daripada otoritas tradisi maupun otoritas wahyu.
Dari semua
pengertian filsafat secara terminologis di atas, dapat ditegaskan bahwa
filsafat adalah ilmu pengetahuan yang menyelidiki dan memikirkan segala
sesuatunya secara mendalam dan sungguh-sungguh, serta radikal sehingga mencapai
hakikat segala situasi tersebut.
2.2 PENGERTIAN DARI
PENDIDIKAN
Beberapa pengertian
pendidikan menurut para ahli adalah sebagai berikut :
1. Ki
Hajar Dewantara Tahun 1889-1965 hal 3
Pendidikan adalah daya
upaya untuk memajukan perkembangan budi pekerti (kekutan batin), pikiran
(intelek) dan jasmani anak-anak
2. D.
Marimba Tahun 1981 hal 3
Pendidikan adalah
bimbingan atau pimpinan secara sadar oleh si pedidik terhadap perkembangan
jasmani dan rohani si terdidik menuju terbentuknya kepribadian yang utama.
3. S.
Brodjonegoro Tahun 1981 hal 2
Pendidikan adalah
tuntunan kepada manusia yang belum dewasa untuk menyiapkan agar dapat memenuhi
sendiri tugas hidupnya atau dengan cara singkat pendidikan adalah tuntunan
kepada pertumbuhan manusia mulai lahir sampai tercapainya kedewasaan dalam arti
jasmaniah dan rohaniah.
4. John
Dewey
Pendidikan adalah
proses pembentukan kecakapan-kecakapan fundamental secara intelektual,
emosional ke arah alam dan sesama manusia
5. M.
J. Longeveled
Pendidikan adalah
usaha, pengaruh, perlindungan dan bantuan yang diberikan kepada anak agar
tertuju kepada kedewasaannya atau lebih tepatnya membantu anak agar cukup cakap
melaksanakan tugas hidupnya sendiri.
6. Wikipedia
Pendidikan adalah usaha
sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran
agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki
kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan,
akhlak mulia serta ketrampilan yang diperlukan dirinya dan masyarakat.
7. Kamus
Bahasa Indonesia 1991:232
Pendidikan berasal dari
kata didik lalu kata ini mendapay awalan kata “me” sehingga menjadi mendidik
artinya memelihara dan memberi latihan
8. UU
No 20 Tahun 2003 Tentang Sistem Pendidikan Nasional
Pendidikan adalah usaha
sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana
belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif
mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan,
pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia serta ketrampilan yang
diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara.
2.3 ALIRAN
FILSAFAT DALAM PENDIDIKAN
Menurut Edward J Power ada beberapa
aliran filsafat pendidikan yang berpengaruh dalam pengembangan pendidikan
diantaranya :
1.
Idealisme
Idealisme berpandangan bahwa pengetahuan sebenarnya
sudah berada dalam jiwa (mind) kita, tetapi membutuhkan usaha untuk dibawa pada
tingkat kesadaran kita melalui suatu proses yang disebut Introspeksi. Jadi
mengetahui adalah berpikir kembali tentang ide-ide terpendam yang ada di dalam
jiwa kita.
Idealisme mempunyai pendirian bahwa kenyataan itu
terdiri dari atau tersusun atas substansi sebagaimana gagasan-gagasan (ide-ide)
atau spirit. Alam fisik ini tergantung dari jiwa universal atau Tuhan, yang
berarti pula bahwa alam adalah ekspresi dari jiwa tersebut.
Jiwa mempunyai tempat utama dalam susunan alam
semesta ini dan karenanya dunia yang sebenarnya adalah berbeda dengan apa yang
nampak oleh indra dihadapan manusia. Lain daripada itu dunia beserta bagian-bagiannya
harus dipandang sebagai mempunyai hubugan satu sama lain, sehingga
keseluruhannya merupakan suatu sistem. Dunia adalah suatu totalitas, suatu
kesatuan yang logis dan bersifat spiritual.
Penganut aliran ini berpandangan bahwa tujuan
pendidikan formal ataupun non formal pertama-tama adalah membentuk karakter
manusia. Barulah setelah itu pengembangan kecerdasan dan pembentukan peserta
didik sebagai makhluk sosial. Peserta didik menurut aliran ini bebas
mengembangkan kepribadian dan kemampuan serta bakatnya. Dengan bantuan alam
sekitar anak melaksanakan proses pengembangan manusia. Peran guru terutama berusaha untuk membentuk
lingkungan pendidikan bagi peserta didik yang kondusif untuk belajar. Adapun
kurikulum yang dikembangkan dimaksudkan untuk membentuk kemampuan berpikir
rasional. Disamping itu pendidikan praktis perlu diselenggarakan untuk
mencukupi kebutuhan hidup peserta didik.
Metode yang digunakan adalah metode Dialektik dan
metode-metode lain yang efektif untuk menstimulasi belajar.
Jadi penyelenggaraan pendidikan harus didasarkan
pada pandangan dan rambu-rambu di atas.
2.
Realisme
Realisme adalah filsafat yang timbul pada zaman
modern dan sering disebut “anak” dari naturalisme. Dengan berpandangan bahwa
objek atau dunia luar itu adalah nyata pada sendirinya, realisme memandang pula
bahwa kenyataan itu berbeda dengan jiwa yang mengetahui objek atau dunia luar
tersebut. Kenyataan tidak sepenuhnya tergantung dari jiwa yang mengetahui
tetapi merupakan hasil pertemuan dunia objeknya.
Orang dapat memiliki pengetahuan yang kurang tepat
mengenai benda atau sesuatu hal yang sesungguhnya tetapi sebaliknya dapat
memiliki gambaran yang tepat mengenai apa yang nampak. Maka dari itu
pengamatan, penelitian, dan penarikan kesimpulan mengenai hasil-hasilnya perlu
agar dapat diperoleh gambaran yang tepat secara langsung atau tidak langsung
mengenai sesuatu.
Tokoh realisme adalah Aristoteles (384-332SM). Pada
dasarnya aliran ini berpandangan bahwa hakekat realitas adalah fisik dan ruh.
Jadi realita bersifat dualistis. Ada 3 golongan dalam realisme, yaitu :
a) Realisme
Humanistis menghendaki pemberian pengetahuan yang luas, ketajaman pengalaman,
berfikir, dan melatih ingatan.
b) Realisme
Sosial berusaha mempersiapkan individu untuk hidup bermasyarakat.
c) Realisme
yang bersifat ilmiah atau realisme ilmu pengetahuan menekankan pada
penyelidikan tentang alam. Francise Bacon (1561-1626), seorang tokoh realisme
ilmu, berpandangan bahwa alam harus dikuasai oleh manusia. Pandangannya tentang
manusia ditentukan oleh kemampuan menggunakan pikirannya.
Pendidikan yang didasari oleh realisme bertujuan
agar peserta didik menjadi manusia bijaksana secara intelektual yang dapat
memiliki hubungan serasi dengan lingkungan fisik ataupun sosial.
Implikasi pendidikan realisme adalah sebagai berikut
:
Tujuan pendidikannya membentuk individu yang dapat
menyesuaiakan diri dalam masyarakat dan memiliki tanggung jawab kepada
masyarakat.
Kedudukan peserta didik ialah sebagai penerima
instruksi dan harus menguasai pengetahuan. Disiplin mental dan moral diperlukan
dalam setiap jenjang pendidikan.
Peran guru adalah menguasai materi, memiliki
ketrampilan dalam pedagogik untuk
mencapai tujuan pendidikan.
Kurikulum yang dikembangkan bersifat komprehensif
yaitu memuat semua pengetahuan yang penting. Kurikulum realisme menghasilkan
pengetahuan yang luas dan praktis.
Metode yang dilaksanakan didasari oleh keyakinan
bahwa semua pembelajaran bergantung pada pengalaman. Oleh karena itu pengalaman
langsung dan bervariasi perlu dilasanakan oleh peserta didik. Metode
penyampaian harus logis dan didukung oleh pengetahuan psikologi.
3.
Pragmatisme
Pragmatisme meletakkan pemakaian mengenai sesuatu
diatas pengetahuan itu sendiri. Maka dari itu utilitas (kegunaan) beserta
kemampuan perwujudan nyata adalah hal-hal yang mempunyai kedudukan utama
disekitar pengetahuan mengenai sesuatu itu.
Pragmatisme, karenanya memandang realita sebagai
suatu proses dalam waktu, yang berarti orang yang mengetahui mempunyai peranan
untuk menciptakan atau mengembangkan hal-hal yang diketahui. Ini berarti bahwa
tindakan yang dilakukan oleh orang yang memiliki pengetahuan tersebut dapat
menjadi unsur penentu mengembangkan pengetahuan itu pula.
Aliran ini dapat dipandang sebagai kreasi filsafat
yang berasal dari Amerika. Pragmatisme dipengaruhi oleh pandangan empirisme,
utilitariarisme dan positivisme.
Para ahli yang mendukung timbulnya pragmatisme di
Amerika, misalnya Charles Sanders Piere (1839-1914) yang mengembangkan kriteria
pragmatisme tidak menemukan kebenaran tetapi menemukan arti atau kegunaan.
William James (1842-1910) menyatakan bahwa pengetahuan
yang bermanfaat adalah yang didasari oleh eksperimen (instrumentalisme).
John Dewey
(1859-1952) yang mengarahkan pragmatisme sebagai filssafat sistematik Amerika
dengan menyebarluaskan filsafat pada masyarakat Amerika yang terdidik. Menurut
Dewey, misi filsafat adalah kritis, konstruktif dan rekonstruktif.
Adapun indikasi pragmatisme dalam pendidikan adalah
sebagai berikut :
Tujuan pendidikannya menggunakan pengalaman alat
menyelesaikan hal baru dalam kehidupan priibadi atau kehidupan bermasyarakat.
Kurikulum dirancang dengan menggunakan pengalaman yang telah diuji tetapi dapat
diubah kalau diperlukan. Adapun minat dan kebutuhan peserta didik
diperhitungkan dalam penyusunan kurikulum. Metode yang digunakan adalah
learning by doing. Fungsi guru adalah mengarahkan pengalaman belajar peserta
didik tanpa terlalu mencampuri minat dan kebutuhannya.
4.
Humanisme
Karakteristik pendidikan humanisme dipengaruhi oleh
pandangan Abraham Maslow, Carl Rogers, Jean Piaget dan Jerome Bruner.
Pendidikan humanisme menekankan pada kebutuhan anak atau child centered.
Kehidupan sekolah terus menerus diperbaiki, disesuaikan dengan motif atau minat peserta didik.
Pendidikan humanisme berpedoman pada
hal-hal sebagai berikut :
Konsepsi tujuan pendidikannya
menekankan pada kebebasan untuk belajar. Tujuan pendidikan adallah aktualisasi
diri, perkembangan efektif dan pembentukan moral. Pada dasarnya tujuan
pendidikannya adalah untuk membentuk kehidupan manusia yang efektif.
Kurikulum ditekankan pada minat
peserta didik dan bukan pada materi subjek yang dirancang secara terurai.
Bidang studi yang dipelajari bersifat komprehensif.
Metode yang digunakan adalah
penemuan dengan menekankan pada kreativitas untuk mengembangkan keingin tahuan
alami peserta didik.
Diharapkan, dengan memperoleh
pengalaman dalam kebebasan di lingkungan sekolah yaitu dengan mengatur
pendidikannya sendiri, peserta didik membelajari dasar-dasar tanggungjawab
pribadi ataupun tanggung jawab sosial.
Peran guru sebagai agen kerjasama
yang tanpa menunjukkan kekuasaan dalam pendidikan, dapat menciptakan suasana
kondusif dalam belajar.
5.
Behaviorisme
Behaviorisme sebenarnya merupakan suatu aliran dalam
belajar disamping aliran kognitif. Teori belajar yang mempunyai pengaruh yang
amat besar terhadap pengajaran merupakan salah satu bagian dari psikologi
pendidikan yang merupakan penerapan teori-teori psikologi dalam pendidikan.
Menurut kelompok aliran behaviorisme dengan menggunakan indera kita, akan
diperoleh pengetahuan tentang realitas fisik yang aturannya mengikuti
hukum-hukum alam. Tak seorang pun ahli behaviorisme yang dengan tekun
mempelajari hakekat hubungan antara pikologi, fisiologi dan alam atau antara
orang yang mengetahui dengan hal-hal yang diketahui. Yang dipentingkan adalah
adanya perubahan tingkah laku setelah seseorang memperoleh stimulus dari luar.
Pandangan ahli behaviorisme dalam pendidkan adalah
sebagai berikut:
Tujuan pendidikannya mengubah atau memodifikasi
tingkah laku. Artinya menyiapkan pribadi-pribadi sesuai dengan kemampuannya
untuk memiliki tanggung jawab dalam kehidupan pribadi dan masyarakat.
Kurikulum yang dikembangkan untuk mencapai tujuan
berdasarkan tingkah laku yang diterapkan. Yang telah dikenal di Indonesia
adalah istilah tujuan instruksional umum dan instruksional khusus.
Metode yang digunakan antara lain dengan menggunakan
penguatan dalam belajar, pengajaran berprogram dan kompetensi.
Peserta didik tidak memiliki kebebasan utuh
menentukan sendiri apa yang akan di pelajari. Tingkah laku yang diharapkan di
tentukan oleh penyelenggara pendidkan. Dalam hal ini pendidikan didesain untuk
mempersiapkan peserta didik menghadapi kehidupannya nanti dan mereka harus
belajar sesuai dengan apa yang digariskan oleh penyelenggara pendidikan. Guru
memiliki otoritas membuat desain dan mengontrol proses pendidikan. Ia
bertanggungjawab pada kualitas dan kriteria hasil belajar yang diharapkan.
6.
Konstruktivisme
Konstruktivisme adalah salah
satu filsafat pengetahuan yang menekankan bahwa pengetahuan adalah bentukan
(konstruksi) kita sendiri (Von Glaserfeld) . pengetahuan bukan tiruan dari
realitas, bukan juga gambaran dari dunia kenyataan yang ada. pengetahuan
merupakan hasil dari konstruksi kognitif melalui kegiatan seseorang dengan
membuat struktur, kategori, konsep, dan skema yang diperlukan untuk membentuk
pengetahuan tersebut.
Peranan konstruktivisme dalam pendidikan dewasa ini, oleh sebagian pendidik dianggap sesuatu yang baru. Apabila kita menggunakan istilah yang dikemukakan oleh J. Piaget, pengetahuan diperoleh melalui proses aktif individu mengkonstruksi arti dari suatu teks, pengalaman fisik, dialog, dan lain-lainnya melalui simulasi pengalaman baru dengan pengertian yang telah dimiliki seseorang.
Peranan konstruktivisme dalam pendidikan dewasa ini, oleh sebagian pendidik dianggap sesuatu yang baru. Apabila kita menggunakan istilah yang dikemukakan oleh J. Piaget, pengetahuan diperoleh melalui proses aktif individu mengkonstruksi arti dari suatu teks, pengalaman fisik, dialog, dan lain-lainnya melalui simulasi pengalaman baru dengan pengertian yang telah dimiliki seseorang.
Tujuan pendidikan konstruktivisme adalah
menghasilkan individu yang memiliki kemampuan berpikir untuk menyelesaikan tiap
persoalan yang dihadapi.
Kurikulum dirancang sedemikian rupa sehingga terjadi
situasi yang memungkinkan pengetahuan dan ketrampilan dapat dikonstruksi oleh
peserta didik. Latihan memecahkan masalah sering kali dilakukan melalui belajar
kelompok dengan menganalisis masalah dalam kehidupan sehari-hari.
Peserta didik diharapkan selalu aktif dan dapat
menemukan cara belajar yang sesuai bagi dirinya.
Guru berfungsi sebagai mediator, fasilitator, dan
teman yang membuat situasi yang kondusif untuk terjadinya konstruksi
pengetahuan pada diri peserta didik.
Lebih
dua dasa warsa terakhir ini , dunia pendidikan mendapat sumbangan pemikiran
dari teori kontruktivisme sehingga banyak negara mengadakan perubahan secara
mendasar terhadap sistem dan praktik pendidikan mereka bahkan kurikulum
Berbasis Kompetensi (KBK) pun tak luput dari pengaruh teori ini. Paul
Suparno dalam "Filsafat Konstuktivitas dalam pendidikan " mencoba
mengurai implikasi filsafat konstruktivisme dalam pendidikan.
Jean Piaget adalah Psikolog pertama yang menggunakan filsafat konstruktivisme, sedangkan teori pengetahuanya dikenal dengan teori adaptasi kognitif, sama halnya dengan setiap organisme harus beradaptasi secara fisik dengan dengan lingkungan untuk dapat bertahan hidup , demikian juga struktur pemikiran manusia, manusia bertentangan dengan tantangan , pengalaman, gejala baru, dan persoalan yang harus ditanggapinya secara kognitif (mental). untuk itu manusia harus mengembangkan skema pikiran lebih umum atau rinci, atau perlu perubahan menjawab dan menginterpretasikan pengalaman-pengalaman tersebut. dengan cara itu, pengetahuan seseorang terbentuk dan selalu berkembang. proses tersebut meliputi :
1. Skema adalah : struktur kognitif yang denganya seseorang beradaptasi dan terus mengalami perkembangan mental dalam interaksinya dengan lingkungan.
2. Asimilasi adalah proses kognitif perubahan skema yang tetap mempertahankan konsep awalnya, hanya menambah atau merinsi.
3. Akomodasi adalah proses pembentukan skema atau karena konsep awal sudah tidak cocok lagi.
4. Equilibrasi adalah keseimbangan antara asimilasi dan akomodasi sehingga seseorang dapat menyatukan pengalaman luar dengan struktur dalamnya (skemanya).
Kontruktivisme bisa dijadikan alat refleksi kritis bagi para penyusun kurikulum . pengambil kebijakan, dan pendidik untuk membuat pembaruan sistem dan praktik pendidikan kita sehingga perubahan-perubahan yang ada bukan sekedar di permukaan namun menukik ke Roh pendidikan itu sendiri.
Jean Piaget adalah Psikolog pertama yang menggunakan filsafat konstruktivisme, sedangkan teori pengetahuanya dikenal dengan teori adaptasi kognitif, sama halnya dengan setiap organisme harus beradaptasi secara fisik dengan dengan lingkungan untuk dapat bertahan hidup , demikian juga struktur pemikiran manusia, manusia bertentangan dengan tantangan , pengalaman, gejala baru, dan persoalan yang harus ditanggapinya secara kognitif (mental). untuk itu manusia harus mengembangkan skema pikiran lebih umum atau rinci, atau perlu perubahan menjawab dan menginterpretasikan pengalaman-pengalaman tersebut. dengan cara itu, pengetahuan seseorang terbentuk dan selalu berkembang. proses tersebut meliputi :
1. Skema adalah : struktur kognitif yang denganya seseorang beradaptasi dan terus mengalami perkembangan mental dalam interaksinya dengan lingkungan.
2. Asimilasi adalah proses kognitif perubahan skema yang tetap mempertahankan konsep awalnya, hanya menambah atau merinsi.
3. Akomodasi adalah proses pembentukan skema atau karena konsep awal sudah tidak cocok lagi.
4. Equilibrasi adalah keseimbangan antara asimilasi dan akomodasi sehingga seseorang dapat menyatukan pengalaman luar dengan struktur dalamnya (skemanya).
Kontruktivisme bisa dijadikan alat refleksi kritis bagi para penyusun kurikulum . pengambil kebijakan, dan pendidik untuk membuat pembaruan sistem dan praktik pendidikan kita sehingga perubahan-perubahan yang ada bukan sekedar di permukaan namun menukik ke Roh pendidikan itu sendiri.
7.
Naturalisme
Naturalisme adalah aliran yang
tertuah sedangkan pragmatisme yang paling muda. Naturalisme mempunyai pandangan
bahwa kenyataan yang sebenarnya adalah alam semesta fisik ini. Hal ini berarti
bahwa yang dimaksud adalah bukan kenyataan spiritual atau supernatural. Maka,
menurut naturalisme jiwa itu dapat menurun kedudukannya menjadi dan mempunyai
hakekat sebagai unsur-unsur materi. Maka, naturalisme dapat menjadi
materialisme .
Filsafat naturalisme adalah filsafat dunia ini
karena memandang segala sesuatu ini berasal dari alam, dan tiada sesuatupun
yang ada ini terdapat dibaliknya. Atas dasar prinsip ini naturalisme modern
cenderung untuk menjadi pluralisme yaitu suatu faham yang berpendirian bahwa
kenyataan itu dapat terdiri dari banyak tipe benda- benda alamiah.
Pandangan yang ada persamaannya dengan nativisme adalah aliran
naturalisme (Umar Tirtarahardja, 2000:197).Lahirnya aliran ini dipelopori oleh
J.J Rousseau, yang mengamati pendidikan. Ditulis dalam bukunya yang berjudul
“Emile” menyatakan bahwa anak yang dilahirkan pada dasarnya dalam keadaan baik.
Anak menjadi rusak atau tidak baik karena campur tangan manusia (masyarakat).
Aliran ini berpendapat bahwa pendidikan hanya memiliki kewajiban memberi
kesempatan kepada anak untuk tumbuh dengan sendirinya. Pendidikan sebaiknya
diserahkan kepada alam. Oleh karena itu ciri utama aliran ini adalah bahwa
dalam mendidik seorang anak hendaknya dikembalikan kepada alam agar pembawaan
yang baik tersebut tidak dirusak oleh pendidik.
BAB III
PENUTUP
3.1
Kesimpulan
Filsafat adalah ilmu pengetahuan yang menyelidiki dan memikirkan segala
sesuatunya secara mendalam dan sungguh-sungguh, serta radikal sehingga mencapai
hakikat segala situasi tersebut.
Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk
mewujudkan suasana belajar dan proses
pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya
untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian,
kecerdasan, akhlak mulia serta ketrampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat,
bangsa dan negara
Ada beberapa aliran filsafat dalam pendidikan yaitu Idealisme,
realisme, pragmatisme, humanisme, behaviorisme, konstruktivisme, dan
naturalisme.
3.2
Saran
Sebagai calon guru SD sudah sepantasnya kita memilih
filsafat yang baik untuk kita terapkan dan aplikasikan dalam kehidupan
sehari-hari supaya kita menjadi insan yang memahami akan makna kehidupan dunia
ini dan supaya bisa menjadi uswatun khasanah (suri tauladan) bagi peserta didik
kita.
DAFTAR
PUSTAKA
Barnadib, Imam.1990.Filsafat Pendidikan Sistem Dan Metode.Yogyakarta
: Andi Offset.
Saifullah,
Ali.1977.Antara Filsafat Dan Pendidikan.
Surabaya : Usaha Nasional.
Poedjiadi,
Anna dan Suwarma.2010.Filsafat Ilmu.Jakarta
: Universitas Terbuka
Sadulloh,
Uyoh. 2007. Pengantar Filsafat Pendidikan.
Bandung : Alfabeta.
Tirtarahardja, Umar dan La Sula. 2000. Pengantar Pendidikan. Jakarta : Depdikbud dan Rineka Cipta.
Tirtarahardja, Umar dan La Sula. 2000. Pengantar Pendidikan. Jakarta : Depdikbud dan Rineka Cipta.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar