BAB
I
PENDAHULUAN
1.1
Latar
Belakang
Sebagai seorang guru sangat perlu memahami
perkembangan peserta didik tersebut meliputi perkembangan fisik, perkembangan
sosio emosional dan bermuara pada perkembangan intelektual, perkembangan fisik
dan perkembangan sosial mempunyai hubungan yang kuat terhadap perkembangan
intelektual atau mental ataupun perkembangan kognitif siswa. Pemahaman terhadap
perkembangan peserta didik sangat di perlukan untuk merancang pembelajaran yang
kondusif yang akan dilaksanakan.
Suasana yang kondusif akan menciptakan proses
belajar yang akan lebih mudah diterima oleh peserta didik. Dan seorang guru
akan lebih mudah untuk mentransfer ilmu pada peserta didiknya.
Peserta didik kelas 1, 2, dan 3 merupakan subjek
yang perlu mendapatkan perhatian sejak dini. Usia mereka berada pada rentangan
usia lima sampai dengan sembilan tahun. Pada fase usia ini hampir seluruh aspek
perkembangan kecerdasan, misalnya IQ, EQ, dan SQ sedang bertumbuh dan
berkembang. Biasanya tingkat perkembangan pada anak tersebut merupakan suatu
kesatuan yang utuh (holistik) dan hanya mampu memahami hubungan antara konsep
secara sederhana.
Di Indonesia kesiapan peserta didik untuk sekolah
untuk mengantarkan peserta didik kelas awal (1 s.d.3) sekolah dasar cukup
rendah. Hasil penelitian menunjukkan bahwa siswa yang telah masuk Taman
Kanak-Kanak memiliki kesiapan bersekolah lebih baik dibandingkan dengan peserta
didik yang tidak mengikuti pendidikan Taman Kanak-Kanak. Selain itu, perbedaan
pendekatan, model, dan prinsip-prinsip pembelajaran antara kelas satu dan dua
Sekolah Dasar dengan pendidikan pra-sekolah dapat juga menyebabkan peserta
didik yang telah mengikuti pendidikan pra-sekolah pun dapat saja mengulang
kelas atau bahkan putus sekolah.
1.2 Rumusan
Masalah
1.
Bagaimana
definisi perkembangan belajar kelas rendah
?
2.
Apa
prinsip-prinsip perkembangan belajar kelas rendah ?
3.
Apa
ciri-ciri perkembangan belajar kelas rendah ?
4.
Apa
sajakah faktor-faktor yang mempengaruhi perkembangan belajar kelas rendah ?
5.
Bagaimanakah
karakteristik perkembangan belaar kelas rendah ?
6.
Bagaimana
peran guru untuk meningkatkan perkembangan belajar kelas rendah ?
1.3 Tujuan
1.
Agar
pembaca dapat mengetahui perkembangan belajar kelas rendah.
2.
Agar
pembaca dapat mengetahui prinsip-prinsip dan ciri-ciri perkembangan belajar
kelas rendah.
3.
Agar
pembaca lebih memahami karakteristik perkembangan belajar kelas rendah.
4.
Agar
pembaca dapat mengerti peran guru dalam meningkatkan perkembangan belajar kelas
rendah.
5.
Agar
pembaca lebih mengetahui faktor-faktor
yang mempengaruhi perkembangan belajar kelas rendah.
BAB
II
PEMBAHASAN
2.1 Definisi Perkembangan Belajar
Belajar merupakan proses dimana tingkah
laku ditimbulkan atau di ubah melalui latihan atau pengalaman. Atau bisa
disebut juga merupakan suatu proses usaha yang di lakukan individu untuk
memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan, sebagai
hasil pengalaman individu itu sendiri dalam interaksi dengan lingkungannya.
Perkembangan dapat diartikan sebagai
proses berlangsungnya perubahan dalam diri seseorang, yang membawa
penyempurnaan dalam kepribadiannya. Sedangkan perkembangan belajar merupakan
suatu proses “perubahan”. Perubahan yang dimaksudkan disini tentu saja
perubahan yang sesuai dengan perubahan yang dikehendaki dalam pengertian belajar. Contohnya : seseorang
yang melakukan aktifitas belajar dan di akhir dari aktifitasnya itu telah
memperoleh perubahan dalam dirinya dengan pemilikan pengalaman baru, maka
individu itu dikatakan telah belajar. Tetapi perlu di ingat bahwa perubahan
yang terjadi akibat belajar adalah perubahan yang bersentuhan dengan aspek
kejiwaan dan memperoleh tingkah laku, sedangkan perubahan tingkah laku akibat
mabuk karena meminum minuman keras akibat tabrakan, gila, dan sebagainya
bukanlah kategori perubahan perkembangan belajar. Jadi perkembangan belajar
adalah perubahan, dan tidak setiap perubahan adalah sebagai hasil dari belajar.
Misalnya seorang siswa sering mendapatkan nilai jelek ketika ulangan, dan dia
sering di cemo’oh teman sekelasnya. Dari peristiwa tersebut seorang siswa itu
termotivasi untuk berubah. Akhirnya dia rajin belajar dan hasil dari belajar
itu tidak sia-sia, sehingga dia mampu mendapatkan nilai yang lebih dari
teman-temannya.
2.2 Prinsip-Prinsip
Perkembangan Belajar
a. Prinsip Motivasi
Motivasi
merupakan pendorong yang dapat melahirkan kegiatan bagi seseorang. Seseorang
yang bersemangat untuk menyelesaikan suatu kegiatan karena ada motivasi yang
kuat dalam dirinya. Motivasi sebagai suatu pendorong yang mengubah energi dalam
diri seseorang kedalam bentuk suatu kegiatan nyata untuk mencapai tujuan
tertentu. Tujuan yang telah di cita-citakan itu menjadi alat motivasi yang
melahirkan kegiatan bagi orang itu untuk mencapainya dengan sekuat tenaga dan
pikiran. Siapapun tidak menyangka bahwa tanpa motivasi, seseorang tidak akan
melakukan kegiatan belajar. Minat tanpa motivasi hanyalah sekedar berminat,
tetapi belum tentu berbuat. Motivasi merupakan faktor penentu dan berfungsi
menimbulkan, mendasari dan mengarahkan perbuatan belajar. Motivasi dapat
menentukan baik tidaknya dalam mencapai tujuan sehingga semakin besar
motivasinya akan semakin besar kesuksesan, tampak gigih, tidak mau menyerah,
giat membaca buku untuk meningkatkan prestasinya dalam belajar. Fungsi motivasi
yang terpenting adalah sebagai pendorong timbulnya aktivitas, ssebagai pengarah
dan sebagai penggerak untuk melakukan suatu pekerjaaan.
b.
Prinsip Pemusatan Perhatian
Dalam belajar diperlukan pemusatan
perhatian. Tanpa ini proses belajar akan sia-sia. Ketidakmampuan seseorang
berkonsentrasi dalam belajar disebabkan buyarnya perhatian terhadap suatu
obyek. Perlu disadari betapa pentingnya pemusatan perhatian dalam belajar.
Tanpa pemusatan perhatian, motivasi yang besarpun tidak akan banyak dapat
berbuat untuk membantu mengatasinya. Konsentrasi (pemusatan perhatian) adalah
pemusatan fungsi jiwa terhadap sesuatu masalah atau obyek dengan mengosongkan
pikiran dari hal-hal lain, yang dianggap mengganggu.
c.
Prinsip Pengulangan
Belajar bukanlah berproses dalam
kehampaan, tetapi berproses dengan penuh makna. Biasanya kesan-kesan yang telah
didapat dari belajar itu tersimpan dengan rapi dalam komputer otak, tetapi
tidak akan dapat bertahan lebih lama di dalam sadar. Lama kelamaan kesan-kesan
itu akan tersimpan dbawah sadar, dikarenakan (kemungkinan) sangat jarang
dipergunakan. Agar kesan-kesan mudah diingat, diangkat ke alam sadar diperlukan
frekuensi pengulangan dengan memanfaatkan kesan-kesan beruoa ilmu pengetahuan
itu sesering mungkin. Artinya ilmu pengetahuan yang didapat dari hasil belajar
harus dimanfaatkan untuk menjawab berbagai masalah kehidupan, bukan
membiarkannya mengisi otak tanpa arti.
d.
Prinsip Yakin Akan Kegunaan
Malas adalah fenomena jiwa yang tidak
mau bekerja atau mengerjakan sesuatu. Malas adalah sifat yang tidak kreatif.
Salah satu penyebab orang malas belajar adalah karena orang tidak tahu atau
tidak yakin akan kegunaan ilmu pengetahuan. Orang-orang yang hidup di masa lalu
gemar mencari ilmu karena mereka yakin akan kegunaan ilmu. Dengan ilmulah
tatanan kehidupan pribadi, keluarga dan kelompok sosial di masyarakat dapat di
ubah dari alam kehidupan tradisional ke alam kehidupan modern.
Perjuangan-perjuangan ilmu itu kini telah tiada, tetapi saksi-saksi bisu
sejarah tidak bisa didustai. Segudang ilmu yang terpatri dalam literatur dan
setumpuk peradaban peninggalan masa lalu ada di depan mata adalah bukti nyata
dari kegunaan ilmu.
e. Prinsip Pengendapan
Belajar terus menerus selama berjam-jam
adalah suatu kegiatan belajar yang kurang menguntungkan. Karena terlalu lama
belajar tanpa istirahat akan menimbulkan kelelahan. Konsentrasi belajar pun
akhirnya terpecah. Belajar tidak perlu di proses habis-habisan tanpa mengenal
lelah. Lima belas menit atau setengah jam istirahat lebih baik, sehingga
sejumlah kesan yang telah di dapat dengan mudah diorganisir di dalam otak. Bila
pengertian telah di dapat terhadap apa yang telah dipelajari dapat di lanjutkan
ke bacaan yang lain. Demikianlah betapa besar peranan istirahat pengendapan
untuk mendapatkan pengertian dari apa yang dipelajari. Istirahat pengendapan di
ibaratkan air keruh yang di endapkan untuk mendapatkan air yang jernih,
sejernih kesan-kesan yang di endapkan ketika belajar. Oleh karena itu,
kejernihan pengertian dari sejumlah kesan yang di dapat dari kegiatan belajar
merupakan ilmu pengetahuan yang tak ternilai harganya.
f.
Prinsip Pengutaran Hasil Belajar
Strategi yang jitu untuk mengingat
kembali kesan-kesan yang baru di dapatkan dari kegiatan belajar adalah dengan
cara mengutarakan kembali hasil belajar. Cara mengutarakannya adalah dengan
memakai kata-kata sendiri dengan mengambil pokok pikiran dari apa yang telah
dibaca itu sebagai landasan berpijak ingat prinsip pengambilan pengertian pokok
yang telah di bahas di depan. Utarakanlah kesan-kesan itu menurut gaya bahasa
sendiri dan tidak perlu menghafal kata demi kata atau kalimat demi kalimat
seperti yang terdapat di dalam buku yang selesai di baca itu.
2.3 Ciri-Ciri Perkembangan Belajar Kelas
Rendah
a.
Perubahan yang terjadi secara sadar
Ini berarti individu yang belajar akan
menyadari terjadinya perubahan itu atau sekurang-kurangnya individu merasakan
telah terjadi adanya suatu perubahan dalam dirinya. Misalnya ia menyadari bahwa
pengetahuannya bertambah, kecakapannya bertambah, kebiasaannya bertambah. Jadi,
perubahan tingkah laku individu yang terjadi karena mabuk atau dalam keadaan
tidak sadar, tidak termasuk kategori perubahan dalam pengertian belajar. Karena
individu yang bersangkutan tidak menyadarai akan perubahan itu.
b.
Perubahan dalam belajar bersifat fungsional
Sebagai hasil belajar, perubahan yang
terjadi dalam diri individu berlangsung terus menerus dan tidak statis. Suatu
perubahan yang terjadi akan menyebabkan berikutnya dan akan berguna bagi
kehidupan atau pun proses belajar berikutnya. Misalnya jika seorang anak
belajar menulis, maka ia akan mengalami perubahan dari tidak bisa menulis
menjadi bisa menulis.
c.
Perubahan dalam belajar bersifat positif dan aktif
Dalam perbuatan belajar,
perubahan-perubahan itu selalu bertambah dan tertuju untuk memperoleh suatu
yang lebih baik dari sebelumnya. Makin banyak usaha belajar itu dilakukan,
makin banya dan makin baik perubahan yang diperoleh. Perubahan yang bersifat
aktif artinya bahwa perubahan itu tidak terjadi dengan sendirinya, melainkan
karena usaha individu itu sendiri. Misalnya perubahan tingkah laku karena
proses kematangan yang terjadi dengan sendirinya karena dorongan dari dalam.
d. Perubahan dalam belajar bukan
bersifat sementara
Perubahan yang bersifat sementara
(temporer) yang terjadi hanya untuk beberapa saat saja, seperti berkeringat,
keluar air menangis, menangis dan sebagainya tidak dapat digolongkan sebagai
perubahan dalam pengertian belajar. Perubahan yang terjadi karena proses
bersifat menetap (permanen) ini berarti tingkah laku yang terjadi setelah
belajar akan bersifat menetap. Misalnya kecakapan seorang anak dalam memainkan
piano setelah belajar, tidak akan hilang, melainkan akan terus dimiliki dan
bahkan makin berkembang bila terus dipergunakan atau dilatih.
e.
Perubahan dalam belajar bertujuan atau terarah
Ini berarti bahwa perubahan tingkah laku
itu terjadi karena ada tujuan yang ingin dicapai. Perubahan belajar terarah
pada perubahan tingkah laku yang benar-benar disadari. Misalnya seorang yang
belajar mengetik, sebelumnya sudah menetapkan apa yang mungkin dapat dicapai
dengan belajar mengetik, atau tingkat kecakapan mana yang dicapainya. Dengan
demikian, perbuatan belajar yang senantiasa terarah pada tingkah laku yang
telah ditetapkannya.
Sedangakan ciri-ciri
perkembangan dapat dibedakan secara ringkas karakteristik siswa sekolah dasar
pada kelas rendah yaitu:
1.
Belum Mandiri
2.
Belum ada rasa tanggung jawab
3.
Penilaian terhadap dunia luar
masih egosentris.
4.
Belum menunjukkan sikap kritis
masih berfikir yang fiktif.
2.4 Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Perkembangan Belajar Kelas Rendah
Ada
2 faktor yang mempengaruhi perkembangan belajar kelas rendah yaitu :
1.
Faktor Internal / Pribadi
2.
Faktor Eksternal/ Lingkungan
1.
Faktor Internal
a. Intelegensi
Taraf
Intelegensi seseorang dapat tercermin dalam prestasi sekolahnya di semua mata
pelajaran (Winkel, 1997). Jadi ada korelasi antara intelegensi dengan
kesuksesan di sekolah (Gage & Berliner, 1992). Peserta didik dengan taraf
intelegensi yang tinggi di harapkan dapat mencapai prestasi belajar yang lebih
baik dibanding peserta didik yang memiliki taraf intelegensi yang lebih rendah.
Namun intelegensi bukan satu-satunya faktor penentu keberhasilan prestasi
akademik.
b. Motivasi
Winkel
(1997) mengatakan bahwa motivasi adalah daya penggerak yang menjadi aktif pada
saat-saat tertentu dimana ada kebutuhan untuk mencapai tujuan. Sedangkan Gage
dan Berliner (1992) menjelaskan bahwa motivasi adalah sesuatu yang menggerakkan
individu dari perasaan bosan menjadi berminat untuk melakukan sesuatu. Motivasi
merupakan tenaga dorong selama tahapan proses belajar yang berfungsi untuk
(Sukadji,2000) :
1. Mencari
dan menemukan informasi mengenai hal-hal yang ddipelajari.
2. Menyerap
informasi dan menyetapnya.
3. Mengubah
informasi yang didapat ini menjadi suatu hasil (pengetahuan, perilaku, sikap,
ketrampilan dan kreativitas)
Secara
umum motivasi terbagi menjadi motivasi internal dan eksternal.
Motivasi
Internal mengacu pada diri sendiri, misalnya kegiatan belajar dihayati dan
merupakan kebutuhan untuk memuaskan rasa ingin tahu.Motivasi eksternal mengacu
pada faktor diluar dirinya. Siswa dengan motivasi eksternal akan membutuhkan
pemberian pujian atau pemberian nilai sebagai hadiah atas prestasi yang
diraihnya (Djiwandono, 2002). Kedua komponen ini bersifat konstektual artinya
ada pada seseorang sehubungan dengan sesuatu kegiatan yang dilakukan. Oleh
karena itu motivasi dapat berubah sesuai dengan waktu.
c. Kepribadian
Kepribadian
merupakan suatu organisasi yang dinamis dari sistem psikofisik seseorang yang
menentukan bagaimana individu dapat menyesuaikan diri secara unik dengan
lingkungannya (Allport dalam Hurlock, 1978). Kepribadian dapat diubah dan
dimunculkan dalam bentuk tingkah laku. Sistem psikofisik adalah kebiasaan,
sikap,nilai,keprcayaan, keadaan emosi dan dorongan. Sistem inilah yang akan
mendorong seseorang untuk menentukan penyesuaian dirinya sebagai hasil belajar
atau pengalaman.
2.
Faktor Eksternal
a.
Lingkungan Rumah
Lingkungan
rumah terutama orang tua memegang peranan penting serta menjadi guru bagi anak
dalam mengenal dunianya. Orang tua adalah pengasuh, pendidik dan membantu
proses sosialisasi anak. Utami Munandar (1999) mengatakan bahwa semakn tinggi
tingkat pendidikan orang tua, maka seakin baik prestasi anak. Termasuk juga
sejauh mana keluarga mampu menyediakan fasilitas tertentu untuk anak (televisi,
internet dan buku bacaan).
b.
Lingkungan Sekolah
Menurut
Omrod (2006) lingkungan sekolah yang baik adalah lingkungan yang nyaman
sehingga anak terdorong untuk belajar dan berprestasi. Ada beberapa
karakterisrik lingkungan sekolah yang nyaman sebagai tempat belajar (Burstyn
& Steven dalam Omrod,2006), yaitu :
1) Sekolah
mempunyai komitmen untuk mendukungsemua usaha murid agar sukses baik dalam
bidang akademik maupun sosial.
2) Adanya
kurikulum yang menantang dan terarah.
3) Adanya
perhatian dan kepercayaan murid serta orang tua terhadap sekolah.
4) Adanya
ketulusan dan keadilan bagi semua murid, baik untuk murid dengan latar belakang
keluarga yang berbeda-beda ras maupun etnik.
5) Adanya
kebijakan dan peraturan sekolah yang jelas. Misalnya panduan perilaku yang
baik, konsekuensi yang konsisten, penjelasan yang jelas, kesempatan menjalin
interaksi sosial serta kemampuan menyelesaikan masalah.
6) Adanya
partisipasi murid dalam pembuatan kebijakan sekolah.
7) Adanya
mekanisme tertentu sehingga siswadapat menyampaikan pendapatnya secara
terbukatanpa rasa takut.
8) Mempunyai
tujuan untuk meningkatkan perilaku pro sosial seperti berbagi informasi,
membantu dan bekerja sama.
9) Membangun
kerjasama dengan komunitas keluarga dan masyarakat.
10) Mengadakan
kegiatan untuk mendiskusikan isu-isu menarik dan spesial yang berkaitan dengan
murid.
Sedangkan
di kelas sebaiknya kelas cukup besar dengan jumlah murid yang tidak terlalu
banyak sehingga guru dapat memonitor setiap siswa. Kelas yang baik dan
produktif adalah kelas yang nyaman secara tata ruang, memunculkan motivasi
internal siswa untuk belajar, kegiatan guru yang terarah serta kegiatan monitor
terhadap siswa (Gage & Berliner, 1992)
2.5 Karakteristik Perkembangan Belajar Kelas
Rendah
Karakteristik
Perkembangan anak usia kelas awal SD
Anak yang berada di kelas awal SD
adalah anak yang berada pada rentangan usia dini. Masa usia dini ini merupakan
masa perkembangan anak yang pendek tetapi merupakan masa yang sangat
penting bagi kehidupannya. Oleh karena itu, pada masa ini seluruh potensi
yang dimiliki anak perlu didorong sehingga akan berkembang secara optimal.
Karakteristik
perkembangan anak pada kelas satu, dua dan tiga SD biasanya pertumbuhan
fisiknya telah mencapai kematangan, mereka telah mampu mengontrol tubuh dan
keseimbangannya. Mereka telah dapat melompat dengan kaki secara bergantian,
dapat mengendarai sepeda roda dua, dapat menangkap bola dan telah berkembang
koordinasi tangan dan mata untuk dapat memegang pensil maupun memegang gunting.
Selain itu, perkembangan anak dari sisi sosial, terutama anak yang berada pada
usia kelas awal SD antara lain mereka telah dapat menunjukkan keakuannya
tentang jenis kelaminnya, telah mulai berkompetisi dengan teman sebaya,
mempunyai sahabat, telah mampu berbagi, dan mandiri.
Perkembangan
anak usia 6-8 tahun dari sisi emosi antara lain anak telah dapat
mengekspresikan reaksi terhadap orang lain, telah dapat mengontrol emosi, sudah
mampu berpisah dengan orang tua dan telah mulai belajar tentang konsep nilai
misalnya benar dan salah. Untuk perkembangan kecerdasannya anak usia kelas awal
SD ditunjukkan dengan kemampuannya dalam melakukan seriasi, mengelompokkan
obyek, berminat terhadap angka dan tulisan, meningkatnya perbendaharaan kata,
senang berbicara, memahami sebab akibat dan berkembangnya pemahaman terhadap
ruang dan waktu.
2.6 Proses
Perkembangan Belajar Kelas Rendah
1. Mendengarkan
Mendengarkan
adalah salah satu aktivitas belajar. Setiap orang yang belajar yang di sekolah
pasti ada aktivitas mendengar. Ketika seorang guru menggunakan metode ceramah,
maka setiap siswa di haruskan mendengarkan apa yang guru sampaikan. Menjadi
pendengar yang baik dituntut dari mereka. Disela-sela ceramah itu ada aktivitas
mencatat hal-hal yang penting. Di akui memang bahwa aktivitas mendengarkan
bukan satu-satunya aktivitas belajar. Hal ini disebabkan karena ada orang yang
tuna rungu belajar tidak menggunakan aktivitas mendengarkan, tetapi hanyalah
melalui visual atau penglihatan. Mereka belajar hanya melalui gerakan-gerakan
tangan dengan menggunakan simbol-simbol tertentu yang di bakukan, seperti yang
terlihat di TV pada acara dunia dalam berita, seorang laki-laki atau wanita tampil
dengan menggerak-gerakkan tangannya mengiringi berita yang di syiarkan.
2. Memandang
Memandang
adalah mengarahkan penglihatan sesuatu ke suatu obyek. Aktivitas memandang
berhubungan erat dengan mata. Karena dalam memandang itu mata lah yang memegang
peranan penting. Tanpa mata tidak mungkin terjadi aktivitas memandang
dilakukan. Di kelas seorang pelajar memandang papan tulis yang berisikan
tulisan yang baru saja guru tulis. Tulisan yang pelajar pandang itu menimbulkan
kesan yang selanjutnya tersimpan dalam otak. Tapi perlu di ingat bahwa tidak
semua aktivitas memandang berarti belajar. Aktivitas memandang dalam arti
belajar di sini adalah aktivitas memandang yang bertujuan sesuai dengan
kebutuhan untuk mengadakan perubahan tingkah laku yang positif. Aktivitas
memandang tanpa tujuan bukanlah termasuk perbuatan belajar. Meski pandangan
tertuju pada suatu obyek, tetapi tidak adanya tujuan yang ingin di capai, maka
pandangan yang demikian tidak termasuk belajar.
3. Menulis atau mencatat
Menulis
atau mencatat merupakan kegiatan yang tidak terpisahkan dari aktivitas belajar.
Aktivitas mencatat yang bersifat menjiplak, mengkopi tidak dapat di katakan
sebagai aktivitas belajar. Mencatat yang termasuk aktivitas belajar yaitu
apabila dalam mencatat itu orang menyadari kebutuhan dan tujuannya, serta
menggunakan seperangkat tertentu agar catatan itu nantinya berguna bagi
pencapaian tujuan belajar. Catatan sangat berguna untuk menampung sejumlah
informasi, yang tidak hanya bersifat fakta-fakta, melainkan juga terdiri atas
materi hasil analisis dari bahan bacaan.
4. Membaca
Aktivitas membaca adalah aktivitas yang paling banyak di
lakukan selama dilakukan belajar di sekolah. Membaca adalah jalan menuju ke
pintu ilmu pengetahuan. Ini berarti untuk mendapatkan ilmu pengetahuan tidak
ada cara lain yang harus di lakukan kecuali memperbanyak membaca. Kalau begitu
membaca identik dengan mencari ilmu pengetahuan agar menjadi cerdas, dan
mengabaikannya berarti kebodohan.
5. Membuat ringkasan
Banyak
orang yang merasa terbantu dalam belajarnya karena menggunakan ringkasan materi
yang di buatnya. Ringkasan ini memang dapat membantu dalam hal mengingat atau
mencari kembali materi dalam buku untuk masa-masa yang akan datang.
6. Mengingat
Mengingat
merupakan gejala psikologis. Perbuatan mengingat dilakukan bila seseorang bila
seseorang sedang mengingat-ingat pesan yang telah dipunyai. Ingatan adalah
kemampuan jiwa untuk memasukkan (Learning), menyimpan (retention), dan
menimbulkan kembali (remembering) hal-hal yang telah lampau. Jadi mengenai
ingatan tersebut ada tiga fungsi, yaitu : Memasukkan, menyimpan, dan mengangkat
kembali ke alam sadar.
Mengingat
adalah salah satu aktivitas belajar. Tidak ada seorang pun yang tidak pernah
mengingat dalam belajar. Perbuatan mengingat jelas sekali terlihat ketika
seseorang sedang menghafal bahan pelajaran, berupa dalil, kaidah, pengertian,
rumus dan sebagainya.
7. Berpikir
Berpikir adalah termasuk aktivitas belajar. Dengan berpikir
orang memperoleh penemuan baru, setidak-tidaknya orang menjadi tau tentang
hubungan antara sesuatu. Berpikir bukanlah sembarang berpikir, tetapi ada taraf
tertentu, dari taraf berpikir yang rendah sampai taraf berpikir yang tinggi.
8. Latihan atau praktek
Latihan atau praktek adalah konsep
belajar yang menghendaki adanya penyatuan usaha mendapatkan kesan-kesan dengan
cara berbuat. Belajar sambil berbuat dalam hal ini termasuk latihan. Latihan
termasuk cara yang baik untuk memperkuat ingatan.
2.7 Peran Guru Untuk Meningkatkan
Perkembangan Belajar Kelas Rendah
Peran guru sebagai pendidik (nurturer)
merupakan peran-peran yang berkaitan dengan tugas-tugas memberi bantuan dan
dorongan (supporter), tugas-tugas pengawasan dan pembinaan (supervisor) serta
tugas-tugas yang berkaitan dengan mendisiplinkan anak agar anak itu menjadi
patuh terhadap aturan-aturan sekolah dan norma hidup dalam keluarga dan
masyarakat. Tugas-tugas ini berkaitan dengan meningkatkan pertumbuhan dan
perkembangan anak untuk memperoleh pengalaman-pengalaman lebih lanjut seperti
penggunaan kesehatan jasmani, bebas dari orang tua, dan orang dewasa yang lain,
moralitas tanggungjawab kemasyarakatan, pengetahuan dan keterampilan dasar,
persiapan.untuk perkawinan dan hidup berkeluarga, pemilihan jabatan, dan
hal-hal yang bersifat personal dan spiritual. Oleh karena itu tugas guru dapat
disebut pendidik dan pemeliharaan anak. Guru sebagai penanggung jawab
pendisiplinan anak harus mengontrol setiap aktivitas anak-anak agar tingkat
laku anak tidak menyimpang dengan norma-norma yang ada.Peran seorang guru pada
pengelolaan kelas sangat penting khususnya dalam menciptakan suasana
pembelajaran yang menarik. Itu karena secara prinsip, guru memegang dua tugas
sekaligus masalah pokok, yakni pengajaran dan pengelolaan kelas.Tugas sekaligus
masalah pertama, yakni pengajaran, dimaksudkan segala usaha membantu siswa
dalam mencapai tujuan pembelajaran, Usman dalam salah satu bukunya mengemukakan
bahwa suatu kondisi belajar yang optimal dapat tercapai jika guru mampu
mengatur murid dan sarana pembelajaran serta mengendalikannya dalam suasana
yang menyenangkan untuk mencapai tujuan pengajaran. Di sini, jelas sekali
betapa pengelolaan kelas yang efektif merupakan prasyarat mutlak bagi
terciptanya proses belajar-mengajar yang efektif pula.
Berdasarkan pendapat di atas, jelas
betapa pentingnya pengelolaan kelas guna menciptakan suasana kelas yang
kondusif demi meningkatkan kualitas pembelajaran. Pengelolaan kelas menjadi
tugas dan tanggung jawab guru dengan memberdayakan segala potensi yang ada
dalam kelas demi kelangsungan proses pembelajaran. Hal ini berarti setiap guru
dituntut secara profesional mengelola kelas sehingga tercipta suasana kelas
yang kondusif mulai dari awal hingga akhir pembelajaran.
Penciptaan suasana kelas yang kondusif
guna menunjang proses pembelajaran yang optimal menuntut kemampuan guru untuk
mengetahui, memahami, memilih, dan menerapkan pendekatan yang dinilai efektif
menciptakan suasana kelas yang kondusif dalam menunjang proses pembelajaran
yang optimal.
Peran guru sebagai model atau contoh
bagi anak. Setiap anak mengharapkan guru mereka dapat menjadi contoh atau model
baginya.
Peranan guru sebagai pengajar dan
pembimbing dalam pengalaman belajar. Setiap guru harus memberikan pengetahuan,
keterampilan dan pengalaman lain di luar fungsi sekolah seperti persiapan
perkawinan dan kehidupan keluarga, hasil belajar yang berupa tingkah laku
pribadi dan spiritual dan memilih pekerjaan di masyarakat, hasil belajar yang
berkaitan dengan tanggurfg jawab sosial tingkah laku sosial anak
Peran guru sebagai pelajar (leamer).
Seorang guru dituntut untuk selalu menambah pengetahuan dan keterampilan agar
supaya pengetahuan dan keterampilan yang dirnilikinya tidak ketinggalan jaman
Peran guru sebagai setiawan dalam
lembaga pendidikan. Seorang guru diharapkan dapat membantu kawannya yang memerlukan
bantuan dalam mengembangkan kemampuannya
Peranan guru sebagai komunikator
pembangunan masyarakat. Seorang guru diharapkan dapat berperan aktif dalam
pembangunan di segala bidang yang sedang dilakukan
Guru sebagai administrator. Seorang guru
tidak hanya sebagai pendidik dan pengajar, tetapi juga sebagai administrator
pada bidang pendidikan dan pengajaran. Oleh karena itu seorang guru dituntut
bekerja secara administrasi teratur.
Kegagalan seorang guru mencapai tujuan
pembelajaran berbanding lurus dengan ketidakmampuan guru mengelola kelas.
Indikator dari kegagalan itu seperti prestasi belajar murid rendah, tidak
sesuai dengan standar atau batas ukuran yang ditentukan.
Karena itu, pengelolaan kelas merupakan kompetensi
guru yang sangat penting dikuasai dalam rangka proses pembelajaran
BAB III
PENUTUP
3.1
Kesimpulan
Perkembangan
adalah proses berlangsungnya perubahan dalam diri seseorang, yang membawa
penyempurnaan dalam kepribadiannya.Peserta didik kelas I, II, dan III merupakan
subjek yang perlu mendapatkan perhatian sejak dini. Usia mereka berada pada
rentangan usia lima sampai dengan sembilan tahun. Pada fase usia ini hampir
seluruh aspek perkembangan kecerdasan, misalnya IQ, EQ, dan SQ sedang bertumbuh
dan berkembang. Biasanya tingkat perkembangan pada anak tersebut merupakan
suatu kesatuan yang utuh (holistik) dan hanya mampu memahami hubungan antara
konsep secara sederhana.
Kecenderungan anak usia 5-8 tahun
(kelas rendah) lebih mudah menerima pengetahuan-pengetahuan baru karena anak
usia tersebut lebih suka menerima hal-hal yang baru, guru pun harus memiliki
cara-cara tersendiri agar peserta didik dalam usia tersebut mau mengikuti
proses pembelajaran Seorang guru juga berperan sangat
penting bagi perkembangan pesera didik kelas rendah. Salah satunya adalah
perkembangan belajar karena seorang guru adalah sebagai contoh peserta didik.
3.2
Saran
Sebagai seorang guru sangat perlu memahami
perkembangan peserta didik tersebut meliputi perkembangan fisik, perkembangan
sosio, emosional dan bermuara pada perkembangan intelektual, perkembangan fisik
dan perkembangan sosial mempunyai hubungan yang kuat terhadap perkembangan
intelektual atau mental ataupun perkembangan kognitif siswa. Pemahaman terhadap
perkembangan peserta didik sangat di perlukan untuk merancang pembelajaran yang
kondusif yang akan dilaksanakan.
Seorang guru harus bisa mengetahui perkembangan
peserta didik untuk kelancaran proses belajar mengajar.
Pembentukan
kemampuan siswa di sekolah dipengaruhi oleh proses belajar yang ditempuhnya.
Proses belajar akan terbentuk berdasarkan pandangan dan pemahaman guru tentang
karakteristik siswa dan juga hakikat pembelajaran. Untuk menciptakan proses
belajar yang efektif, hal yang harus dipahami guru adalah fungsi dan peranannya
dalam kegiatan belajar mengajar, yaitu sebagai pembimbing, fasilitator, nara
sumber, atau pemberi informasi. Proses belajar yang terjadi tergantung pada
pandangan guru terhadap makna belajar yang akan mempengaruhi aktivitas
siswa-siswanya. Dengan demikian, proses belajar perlu disesuaikan dengan
tingkat perkembangan siswa. Untuk mendukung hal tersebut, diperlukan pemahaman
para guru mengenai karakteristik siswa dan proses pembelajarannya, khususnya di
SD kelas rendah.
DAFTAR PUSTAKA
Ahmadi,
Abu.1991.Psikologi Perkembangan.Jakarta
: Rineka Cipta.
Hurlock,
Elizabeth.1993.Perkembangan Anak.Jakarta
: Erlangga.
Tini Sumartini, S.Pd. “Perkembangan Belajar Anak Usia Prasekolah”
Pusat Pengembangan Penataran Guru Tertulis (PPGT), Bandung.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar